Rehat...
Mari Kembali Merenungi
HENING
Kalau biru itu sunyi
Maka senyap berlari
Kalau cinta itu biru
Pasir pun tak mampu membuatnya kelabu
Karena cinta tertinggi yang tumbuh
Maka akan kusuburkan dengan hujan rimbun rimba
Dalam hening detik yang khusyu
Perlahan membuka pintu-pintu kegelisahan
Pecah, satu titik bening menetes
Ampuni aku ya Rabb…
Jakarta 2004
Syukur
Tapak ini berpijak di tepi rimba
Mereka di tepi senapan
Mata ini terbuka di ujung senja
Mereka di ujung baja
Aku diikuti derai
Derai mereka semangat yang membara
Aku rindu derai cinta
Mereka mulia karena cinta
Cintaku cintanya
Aku ingin
pena ini senapan baginya
yang akan menggoreskan
kalimat cinta…
Jakarta 2004
Episode Nur Jauh
Malam tetap biasa
Dingin akrab selimuti kalbu senyap
Rindu sangat senyum tipis atau tebal
Bis, kereta, jalanan pikuk
Matahari larikan telapak kosong
Lembar-lembar cita dan mati
Kusam lalu tetap berteriak
batu
Malam tetap biasa
Dan redup berpendar nyaris tanpa bayang
Meringkuk di pojok kebisingan
Pahit
Dan malam tetap biasa
Dendang cinta
Tegal, 14 Juni 2004
2 Comments:
Wa kakak... di antara semua isi blog ini... ni bagian yang paling bagus. soalnya ga ada jayus-jayuan dan narsis-narsisannya si budi tea. he2...
puisiya bagus... aku suka... dalem..
budi buatin puisi yang spesial buat ku donk. he2.. jangan pelit!!! ;p
Wa kakak... di antara semua isi blog ini... ni bagian yang paling bagus. soalnya ga ada jayus-jayuan dan narsis-narsisannya si budi tea. he2...
puisiya bagus... aku suka... dalem..
budi buatin puisi yang spesial buat ku donk. he2.. jangan pelit!!! ;p
Post a Comment
<< Home